Jembatan - Emi Suy - Jagat Sastra Milenia

JSM News

Jembatan - Emi Suy

Jembatan - Emi Suy

 JEMBATAN

oleh Emi Suy



Semesta adalah universitas kehidupan yang tak pernah selesai ditempuh, kecuali nanti tiba tutup usia. Kita mengambil pelajaran dari setiap perjalanan, bertemu jembatan-jembatan yang memberi banyak pesan. Di atas jembatan saya teringat manusia saling terkoneksi dan berinteraksi satu sama lain. Di atas jembatan saya teringat hubungan manusia dengan Tuhan. 


Rumi berkata, "Cinta adalah jembatan antara kamu dan segalanya". Sedangkan kata Jim Rohn, "Disiplin adalah jembatan antara tujuan dan pencapaian". Tapi saya lebih suka  yang dikatakan Daisaku Ikeda, bahwa," Usaha dan kerja keras membangun jembatan yang menghubungkan impian dan kenyataan". 

Saya juga sependapat yang dikatakan oleh Jeanette Winterson, "Jembatan adalah tempat pertemuan, sebuah kemungkinan, sebuah metafora". Tergantung bagaimana interpretasi kita memaknai jembatan itu sendiri. 


Steve Jobs - pendiri Apple - saat memberikan pidato singkat di Standford University tahun 2005 silam mengatakan “You can’t connect the dots looking forward, you can only connect the dots looking backwards.” Connecting the dots juga makna dari jembatan, di mana kita membangun jembatan dari puzzle yang terbentuk dari pengalaman masa lalu kita, ternyata kita sudah membuat pola tertentu dalam menempuh perjalanan hidup. Ini akan mengantarkan kita kepada jembatan masa depan.


Kalau menyimak dari berbagai paparan para ahli - seperti sahabat saya Riri Satria  - tentang era masyarakat cerdas atau society 5.0, maka saat ini terbentuk suatu jembatan digital yang sangat besar di dunia, yang dikenal dengan jembatan digital, yang sanggup menghubungkan umat manusia dalam satu wahana digital. Melalui jembatan digital ini semua lalu lintas data dan pengetahuan menyebar ke semua penjuru dunia.


Namun akhirnya, saya ingin menyampaikan bahwa puisi adalah jembatan penghubung dari pikiran, perasaan dan kenyataan. Melalui puisi saya menghubungkan tiga hal tersebut, menangkap kenyataan dengan pikiran, lalu mengolahnya dengan rasa, itulah puisi. Jadi, jika ada manusia yang tidak sinkron antara pikiran dan perasaan dalam menghadapi kenyataan, maka dia perlu jembatan yang bernama puisi.

Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact