Catatan Lahirnya Pengantin Puisi - Rissa Churria - Jagat Sastra Milenia

JSM News

Catatan Lahirnya Pengantin Puisi - Rissa Churria

Catatan Lahirnya Pengantin Puisi - Rissa Churria

 CATATAN LAHIRNYA PENGANTIN PUISI

(Sejenak Mengenang Yoevita)

Oleh Rissa Churria 



Kamis, 20 Juni 2019 merupakan hari bersejarah bagi sahabat saya, penyair Yoevita Soekotjo.  Seperti judul buku puisinya "Pengantin Puisi", hari itu Mbak Yoe serupa seorang pengantin,  ditandai dengan berderet-deret rangkaian bunga datang dari perorangan atau pun kelompok organisasi menghiasi PDS HB. Jassin, memberi ucapan selamat atas lahirnya buku antologi puisinya. 


Pada kesempatan itu,  saya diminta untuk menjadi moderator acara diskusi sekaligus memimpin untuk membacakan doa. Aroma pengantin menguat di sana,  senyum bahagia ada pada tiap wajah wajah yang hadir, tak terkecuali sohibul hajat,  dalam hal ini Mbak Yoe.  Hadir dalam acara bincang sastra pada hari itu adalah Bang Riri Satria,  Mami Nunung El Niel, dan dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Dr Sunu Wasono.


Munculnya ide puisi-puisi mbak Yoe untuk diterbitkan dilatarbelakangi kedekatan antara mbak Yoe dan Mbak Nunung.  Kebetulan keduanya mempunyai latar kehidupan yang hampir sama, penyuka puisi dan nyambung jika sudah berbicara tentang kekaryaan atau pun perbincangan ngalor ngidul ala emak emak.  Saya sangat mengenal mbak Nunung,  bagaimana dia memberi dukungan kepada para penyair pemula agar berani dan segera menerbitkan antologi tunggal.  Tak dipungkiri,  hal itu juga dilakukan kepada sahabatnya Yoevita.  Menurut mengakuan Mbak Nunung dalam bincang sastra saat itu,  Mbak Yoe selalu saja menjawab santai manakala ditanya kapan buku tunggalmu mau terbit, "Tenang sajalah, lihat saja nanti, pasti terbit."




Dalam bincang sastra itu ada hal yang menarik perhatian saya yaitu pernyataan Bang Riri yang mengungkapkan bagaimana puisi-puisi mbak Yoe bertebaran di media sosial dan hampir keseluruhan  tidak ada berkas dokumentasinya. Ini adalah kebiasaan mbak Yoe yang tak boleh ditiru untuk kaum pengguna medsos. Walau era kita adalah era digital,  akan tetapi untuk mengantisipasi berbagai macam kemungkinan sebaiknya kita mempunyai dokumen yang tersimpan di file world  komputer kita. 


Seperti yang kita kenal, Bang Riri adalah ahlinya teknologi komputer atau digital,  sehingga dengan kemampuan yang dimiliki, menelusuri jagat internet melalui search engine Geogle dan dalam waktu yang tidak terlalu lama maka jejak digital puisi-puisi Mbak Yoe dapat ditelusuri. Bang Riri banyak membantu Mbak Yoe dalam mengumpulkan  puisi-puisinya yang hampir hilang. Sampai pada akhirnya 96 puisi yang telah mengendap dalam rahim karya mbak Yoe sejak tahun 2015 baru lahir tahun 2019 dan dibidani Langsung oleh ahli bedah teknologi Bang Riri Satria dan bidan puisi Nunung Noor El Niel. Ini adalah kontempelasi yang unik dan menarik dari lahirnya sebuah buku puisi. 


"Bagaimana pun juga  penyair adalah seorang pemerhati kehidupan", begitu tutur pak Sunu, Doktor Ahli Sastra jebolan Universitas Indonesia. Seorang penyair tidak membiarkan apa yang dialami dan yang terjadi di sekitarnya berlalu begitu saja.  Kepekaan, pengamatan itu kemudian ditanggapinya melalui proses penghayatan, perenungan dan pemikiran itu  kemudian diungkapkanya dalam puisi.  Itulah yang terjadi pada penyair Yoevita.  



Kendati Romo Wi mengatakan puisi puisi Yoe masih seperti curhatan, ada kalanya dia marah,  kesal atau pun gembira, tetap saja Dr. Sunu mengatakan,"Terlepas dari kuatnya unsur perasaan, Yoe sanggup memamerkan kepiawaiannya dalam melukiskan sesuatu yang kontras dalam sajaknya.  Contoh: sajak pendek dengan judul yang pendek pula "Don". Lewat sajak ini melukiskan  si aku lirik dengan sosok yang diperhatikannya disebut Tuan dengan t besar. Saya petikkan bunyi sajaknya kurang lebih begini :


Mataku sayu temaram

Beradu pandang dengan pemilik mata yang berkilat tajam

Dia sang sanguinis,  aku melankolis

Mampukah kau sedikit runduk meredup

Saat memandangku yang gemetaran? 

Bagaimana caraku berlindung? 

Karena aku sangat ketakutan,  Tuan? 


Dengan sajak pendek itu Yoe mampu melukiskan gambaran seseorang yang dihadapkan pada situasi tertentu yang membuat aku lirik merasabtakut,  tetapi ia seperti tidak berdaya untuk melepaskan rasa takut itu.  Kekontrasan yang dihadirkan dalam sajak tersebut, ketakutan aku lirik "terpotret" dengan baik dan konkret.  Tidak perlu menghambur baurkan kata dan larik untuk mencapai semua itu.  Cukup dengan tujuh larik, gambaran ketakutan itu terpatri di benak (pembaca). 


Ini hanyalah catatan saya,  sebagai apresiasi dan rasa bahagia lahirnya buku antologi Pengantin Puisi dari rahim kekaryaan sahabat saya mbak Yoe.  Semoga mbak Yoe selalu istiqamah dalam berkarya, dan akan lahir buku berikutnya yang lebih magis.  


Salam sastra,  salam bahagia.

Bekasi, Juni 2019


NB: Yoevita Soekotjo meninggal dunia pada tanggal 16 Februari 2021 setelah sakit selama setahun dan bertarung melawan Covid-19, dimakamkan di TPU Bambu Apus, Jakarta Timur.

Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact