Riri Satria Luncurkan Buku Puisi Metaverse dan Kumpulan Esai Jelajah Sekaligus
Pengamat ekonomi digital dan ekonomi kreatif,
Riri Satria, akan meluncurkan dua buku baru dalam waktu dekat, yaitu kumpulan
puisi ‘Metaverse’ serta kumpukan esai ‘Jelajah’. Demikian press release yang dikeluarkan
oleh komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM) dan jurnal sastra daring Sastramedia,
(21/05/2022).
‘Metaverse’ adalah buku kumpulan puisi Riri
Satria yang keempat setelah ‘Jendela’ (2016), ‘Winter in Paris’ (2017)
berisikan kumpulan dalam Bahasa Inggris yang ditulis selamat musim dingin di
Paris, serta ‘Siluet, Senja, dan Jingga’ (2019).
Sementara itu ‘Jelajah’ merupakan buku kumpulan
esainya yang kelima setelah ‘Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru Dalam
Perubahan Lingkungan Bisnis’ (2003) berupa kumpulan tulisan Riri tentang
ekonomi, manajemen, dan bisnis, di harian Republika pada kurun waktu 1999-
2001, lalu tiga buku pada trilogi ‘Proposisi Teman Ngopi’ (2002) yang terdiri
dari ‘Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital’, lalu ‘Pendidikan dan Pengembangan Diri’,
serta ‘Sastra dan Masa Depan Puisi’.
Penyair sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Indonesia, Prijono Tjiptoherijanto, memberikan catatan,
“Diksi-diksi yang dipakai dalam puisi-puisi pada buku ini memang menunjukkan penulisnya
merupakan ahli matematika, statistika, serta teknologi digital. Terutama bagian
Avatar yang memang merupakan salah satu bentuk Metaverse”.
“Riri Satria memang dominan membawa
kita ke dalam objek-objek yang kental dengan teknologi informasi, digital,
ekonomi, bisnis, atau algoritma. Belum banyak penyair yang berani dan mampu
mengolah objek-objek itu ke dalam sebuah puisi. Tiba-tiba saja kita terperangah ketika penyair menuliskan nama Adam Smith atau Karl Marx, serta kata risk management pada puisinya.” demikian
mantan Kepala Arsip Nasional RI serta Anggota Komisi ASN RI serta penyair yang
pernah menjadi pemenang pertama Sayembara Buku Puisi Hari Puisi Indoensia tahun
2017, Irawan Sandhya Wiraatmaja, menjelaskan pada catatannya.
Sementara itu penyair Warih Wisatsana yang juga pengelola
Bentara Budaya Bali memberikan catatan, “Sebagian besar karya dalam buku ini
menghadirkan kesegaran pengucapan justru karena menyiratkan pertanyaan hakiki
bagaimana keberadaan Puisi (baca: sastra) pada era digital kini dengan realitas
virtualnya yang membaurkan fakta dan fiksi, kerap menghadirkan alienasi.”
Penyair
Emi Suy yang memberikan epilog sekaligus editor buku puisi ini mengatakan bahwa
Riri Satria mengundang kesadaran baru yang
mengajak kita menjawab pertanyaan lama dengan pertanyaan yang lebih kritis
menyangkut nasib kehidupan di era digital yang semakin berlapis dan rawan. Kita
perlu mendengar kesaksian Riri Satria agar kita belajar dari “suara lain” itu
tentang harapan hidup di masa depan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak boleh membuat keterasingan dalam kehidupan, ini bisa
membahayakan.
“Tampaknya Bang Riri berusaha menangkap kondisi kekinian yang bisa saja
sulit untuk diartikulasikan. Di sisi yang lain, masih banyak penyair berkutat
pada citraan alam, atau hal-hal yang terkesan klise dan kuno. Riri Satria
berusaha mengatakan apa yang terjadi sekarang dengan menyebutkan
istilah-istilah dari teknologi baru, dunia digital, dan teori yang sedang
banyak diperbincangkan di bangku-bangku akademik, atau hal-hal lainnya yang
mungkin akan terdengar tidak puitis bunyinya bagi sebagian kita. Tapi dengan
ketekunan ia berhasil memasukkan dan memadukan kata-kata itu ke dalam
puisi-puisinya dan menghasilkan rangkaian frase dengan diksi berbunyi yang unik.
Tampak pada judul-judul puisi dalam buku ini, seperti Drone di Atas
Khatulistiwa, Hacker, Dark Web, Proxy, Glock 19, Post Truth Society, serta
Hitmen. Judul yang tidak lazim untuk puisi yang biasa kita temui.” demikian Emi
Suy melanjutkan penjelasannya.
Sejumlah nama lainnya juga ikut memberikan catatan untuk buku
‘Metaverse”, yaitu Eka Budianta (penyair, jurnalis, serta budayawan), Prof.
Teddy Mantoro (Guru Besar Ilmu Komputer Universitas Sampoerna, serta pencinta
puisi), Prof. Riri Fitri Sari (Pendiri dan Ketua Poetry Club Civitas Academia
Universitas Indonesia, Guru Besar Teknik Elektro Universitas Indonesia, serta
pencinta puisi), Tatan Daniel (penyair, penulis, pegiat sastra, serta aktivis
sosial), Iyut “Kuyut” Fitra (penyair, serta pegiat sastra di Payakumbuh,
Sumatra Barat), serta Kadek Sonia Piscayanti (penyair, pendidik, pengelola
komunitas Mahima di Bali).
Mengapa judul buku kumpulan puisi ini adalah
“Metaverse”? Menurut Wikipedia, a metaverse is a network of 3D virtual
worlds focused on social connection. Jadi metaverse ini bisa kita
temukan dalam film yang pernah popular seperti sekuel The Matrix dan Avatar.
“Saya mengibaratkan diri saya sedang
melalangbuana dengan berbagai puisi di alam metaverse. Saya melanglang
buana ke alam algoritma, cloud computing, menjelajah ke masa lalu, ke
masa depan, menjelajah ke berbagai penjuru dunia, dan sebagaiya, dan di situlah
puisi ini dibuat.” demikian penjelasan Riri Satria terkait ‘Metaverse” dengan
puisi-puisinya.
Terkait dengan buku ‘Jelajah’, Riri satria
menjelaskan bahwa dia sangat meyakini hidup itu menjelajahi semesta. Pengertian
menjelajahi di sini memiliki beberapa makna, (1) menjelajahi secara fisik
berupa mengunjungi berbagai tempat, (2) menjelajahi secara pikiran atau
melakukan penelitian, baik penelitian primer maupun penelitian sekunder melalui
berbagai literatur, serta (3) menjelajahi secara imajinasi dan ini bisa tak
terbatas, sejauh imajinasi sanggup menjelajahinya. Bahkan penjelajahan kita pun
bisa mengkombinasikan ketiga hal di atas.
Melalui esai yang ditulis dalam buku ‘Jelajah’
ini, Riri menjelajahi berbagai pemikiran para sahabatnya yang sangat puitis.
“Saya menjelajahi batin mereka melalui puisi-puisi yang mereka tulis, serta
melalui berbagai dialog yang santai sambil ngopi sore, dan sebagainya. Banyak
hal-hal menarik yang saya temui dalam menjelajahi pikiran dan batin para
sahabat penyair ini. Bahkan saya juga memahami bagaimana pendangan mereka
terhadap keterkaitan puisi dengan hal-hal lain seperti teater dan fotografi.
Saya juga menjelajahi bagaimana proses kreatif para sahabat penyair. Dari
penjelajahan ini saya menemukan kepingan-kepingan puzzle di perjalanan
dan kemudian saya susun satu persatu menjadi sebuah bangunan pengetahuan, namun
belum utuh, dan saya yakin, ini tak akan pernah selesai dan utuh.”, demikian penjelasan
Riri.
Buku ‘Metaverse” dan ‘Jelajah’ diterbitkan oleh
JSM Press didukung oleh TareBooks dan direncanakan akan beredar bulan Juni 2022
nanti.
Riri Satria adalah kombinasi seorang yang berkecimpung di dunia ekonomi, bisnis, teknologi, pendidikan, dan juga puisi. Selain berprofesi sebagai dosen di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Riri juga seorang Founder dan CEO Value Alignment Advisory Group, yang bergerak di bidang manajemen strategis dan transformasi digital, serta komisaris sebuah BUMN PT. Jakarta International Container Terminal (JICT). Ia adalah Sarjana Ilmu Komputer lulusan Universitas Indonesia serta menempuh program Doktor pada PSB Paris School of Business, di Paris, Prancis.