MERAYAKAN PUISI TAHUN BARU 2022 JSM
Acara yang berlangsung via Zoom ini memiliki rangkaian: 1. Sambutan Ketua JSM, 2. Evaluasi Program dan Kegiatan JSM 2021, 3. Resolusi JSM 2022, 4. Baca Puisi Tahun Baru, dan terakhir Ramah Tamah.
Dalam sambutannya, Riri Satria selaku ketua JSM, selama tahun 2021 sebagai komunitas yang masih unyu-unyu telah melaksanakan sejumlah program dan kegiatan, salah satunya adalah penerbitan dan peluncuran buku, serta peluncuran SASTRAMEDIA.COM sebagai jurnal sastra milenial yang mendapat sambutan hangat dari publik sastra Indonesia. Riri juga berharap, JSM di tahun 2022 lebih inovatif dan kreatif dalam merealisasikan program dan kegiatannya.
Nunung sebagai Wakil Ketua JSM, juga menyampaikan harapannya, bagaimana JSM tetap menjadi tempat belajar yang berorientasi pada karya dan berprioritas pada kualitas.
Setelah tahun berganti, tepat pukul 00.11 WIB, pembacaan puisi pun dimulai secara estafet. Ketua JSM punya giliran pertama. Dia baca puisi:
Riri Satria
MALAM TAHUN BARU
Ada kembang api membelah langit Jakarta.
Suara terompet bersahut-sahutan.
Hentakan musik semakin keras.
Ada keheningan,
di tengah hebohnya malam,
untuk kontemplasi diri,
untuk munajatkan doa,
untuk sebuah janji,
untuk menulis puisi.
Tahun baru,
diksi baru,
puisi baru.
Kepada-Mu,
semua puisi diserahkan.
(Jakarta, 1 Januari 2019)
Disusul oleh Nunung Noor El Niel dengan puisi:
Nunung Noor El Niel
Di BIBIR AKHIR dan AWAL
di bibir tahun apa lagi yang harus kuucapkan
ketika seluruh cumbuan dan rayuan
telah membangkitkan seluruh gairah dari kepadaman
sisa ruang dan waktu yang kita miliki
seluruh lekuk kenangan telah kita lumat bersama
setelah kita membaringkan semua di atas pelaminan
untuk kita persembahkan bukan sebagai tumbal
tapi keikhlasan untuk memberi dan menerima
semua cabikan dan erangan adalah jejak
tempat kita memetakan diri di mana
kita pernah lalui bersama seperti sebuah
catatan kecil dengan garis bawah
yang membentang jauh ke dalam lubuk dada
kini kita tak dapat lagi menghitung semua pertemuan
untuk melunasi kerinduan untuk terus saling menyapa
sebagai sebuah tanda tak ada jeda dari lumuran kasih
yang telah kita siangi dari impian-impian tersembunyi
di bibir awal tahun yang basah oleh hujan
kita menyeberangi waktu yang tersisa
dari semua genangan dengan penuh harapan
di mana pintu kebahagiaan terbuka
di baliknya kita akan memagut cahaya
DPS - Nunung
Kemudian Emi Suy membaca puisi yang cukup pendek:
Emi Suy
DOKUMEN HIDUP
kita kerap menggandakan puisi
di mesin fotokopi,
namun sayangnya
kita tak bisa menggandakan usia
setiap saat kita bisa melingkari tanggal
pada kalender yang tinggal
menghitung sesal
: bahwa rambut kita
telah dipenuhi kenanga putih
2021
Dilanjut oleh Sofyan RH. Zaid baca puisi:
Sofyan RH. Zaid
Langit Terbakar
lampu padam bulan nyala # segala pulang pada semesta
gelap di kamar # kepalamu tumbuh mawar
dari ruang lain # kukirim nyala lilin
juga dari kepalaku # bertunas pohon jambu
jam berhenti sejenak # terdengar suara cecak
bersama denting ribuan logam # kau datang serupa kelam
aku lupa menutup pintu # aku luka melupa nafsu
perlahan kita jadi bisu # mawar dan jambu bercumbu
; jibril, di mana wahyu? # khidir, di mana waktu?
di luar langit terbakar # kitab api jatuh berlembar
cahaya meledakkan harapan # mayat sepi berserakan
dari rimbun uban kita # berloncatan anak-anak Musa
2014-2017
Habis itu, kini giliran Erna Winarsih Wiyono dengan puisi unik:
Erna Winarsih Wiyono
sekedar tahun baru
ini bukan adu gincu
bukan juga pipi yang merona tanpa sebab
menatap cermin sedikit mengernyitkan alis
kurang atas, ah sedikit naik lagi
jangan sampai kelopak bunga jatuh
sebab penghujung malam ini sakral
panggung kita
perenungan
21-22
Sesekali hujan luruh
Melunakkan tanah gersang
Petir menyampaikan kata setia
Menubuahkan doa harap dan kenang
Sesekali hujan luruh
Melunakkan tanah gersang
Petir menyampaikan kata setia
Menubuahkan doa harap dan kenang
Lalu Rissa Curria muncul dengan langgam Jawa:
Rissa Curria
LEMBARAN AKHIR TAHUN
Ini adalah tahun buku
Segala yang dirumahkan menjadi catatan
Perjalanan panjang dari Januari Samsiah
Hingga Desember Qomariyah
Ada lelehan tinta pada tubuh almanak
Meski sesekali ada penanggal berwarna buram hitam
Lalu putih bercinde cinta
Dan terkadang merah rona bara
Sesekali hujan luruh
Melunakkan tanah gersang
Petir menyampaikan kata setia
Menubuahkan doa harap dan kenang
Ini adalah Desember deret terakhir
Acap kali menyimpan pesan
Pada diri yang ingin sejenak menepi
Tentang jejal ingin, bahagia atau kecewa
Aku pun berkata
"Manut kersa dawuh panjenengan Gusti
Aku tak dapat ini itu kalau bukan Karena-Mu"
Penghujung Desember 2021
Nah, kemudian Gambuh R Basedo yang senada dengan Rissa pun baca puisi:
Gambuh R Basedo
KIDUNG RENUNG
Ruang raung
Tulung tulung tulung
Mendung murung gulung gemulung
Hujan airmata duka
Pagebluk melanda dunia
Miris mengiris iris
Jiwa jiwa kian pesimis
Direnta usia indonesia
Ditempa badai prahara
Kibar sang saka merah putih harus terus
Bhineka tunggal eka masih setia nyawiji dalam kekar cengkeram Garuda
Suku
Agama
Iblis
Setan
Dedemit
Jin priprayangan
Aku kau butuh utuh tempat huni
Mari langitkan puja puji
Lepas yang hanya kepentingan diri
Agar tetap kokoh indonesia berdiri
Duh Gusti
Tak ada tangan lebih kuasa lagi
Tak ada penyembuh paling ampuh
Tak ada lebih kuat dan terhebat
Tak ada
Tak ada
Tak ada
Sedang adaku
Engkau adakan
Tiada yang aku sembah
Tiada harap
Tiada wujud selain Engkau
Kini tahun baru lagi
kini tanggap warsa Negri
Hijrah bimbang menuju tenang
Merdeka dari rajam bingung menjadi sumarah renung
Wahai Shangyang Agung sebaik baik pelindung
Heneng
Hening
Henung
Rembang, 2021
Dhe Sundayana dengan gaya cool juga tampil baca puisi:
Dhe Sundayana
BAGAI AWAN
Kadang berarak
Bersama menempuh jarak
Kadang berpencar berai
Saling mengejar ingin digapai
Tiba-tiba gumulan pekat
Dihela gelegar dan kilat
Kemudian segala kesumat
Jadi guguran hujan penuh alamat
; Begitulah persahabatan
Bekasi, 2021
Selanjutnya dari yang paling jauh, Jusiman Dessirua, Makasar, dengan malu-malu macan baca puisi:
Jusiman Dessirua
Pada Sebuah Desember di Kamar Hotel
Di kamar ini aku membawa seseorang yang selalu mereka tinggalkan;
Diriku sendiri.
Menyiangi malam melihat kota jadi sunyi dan pelabuhan jadi bersih.
desember dan akhir tahun menyapu mereka perlahan.
Aku ingin melompat dari kamar ini dan membiarkan kematian.
Menjadi satu-satunya juru selamat.
Mimpi yang menghilang secepat kabut pagi.
Cinta yang gagal kuselamatkan, serta pupus pengharapan lain.
Dan di kamar ini, aku masih menunggu sesuatu yang entah apa.
Juga masih memikul seseorang yang selalu mereka tinggalkan.
Terakhir adalah baca puisi Romi Sastra dengan puisi cukup panjang dengan logat minang:
Romi Sastra
PERJALANAN
sedari awal tercipta
tangis itu saksi pergulatan
pada perjalanan
sejauh kaki melangkah
belum sampai ke tujuan
isyarat sudah diperankan
sebelum opera terbaca
air dimasak didih
lalu tumpah
api tak benar-benar padam tersiram
masih ada bara
di penghujung tahun ini
renungan masih saja berpalung
padahal matahari selalu menyinari
tak berpaling pada janji
hanya koloni awan hitam merusak pandangan
di masa yang akan datang
impian di gerbang penantian
apakah akan jadi pemenang?
atau jadi pecundang
sebaiknya
berterima kasih diri pada cahaya
menuntun jalan tak tersesat arah
bayang-bayang memanjang
sejatinya bersyukur pada ilahi
mari tadaburi diri kontemplasi
menuju tahun baru ini
cinta selalu dibawa-bawa
diajak menangis, tertawa, berdoa
jejak hidup adalah sejarah
: dan aku kembali
Jakarta, 31 Desember 2021
Estafet baca puisi berakhir, masuk acara terakhir, yakni ramah tamah, Haha hihi, dan foto bareng, tentulah tak ketinggalan.
Sebagai penutup, Riri kembali menyampaikan agar semua giat berkarya, sebab dari karyalah kita bisa ada. Tentunya, lanjut Riri, berkarya dengan semangat 5Q yaitu quality of learning (kualitas pembelajaran), quality of writing (kualitas tulisan karya sastra), quality of motivation (kualitas motivasi), quality of friendship (kualitas persahabatan), serta quality of management (kualitas manajemen organisasi).
-Laporan: TIM Redaksi