Merayakan Puisi Tahun Baru 2022 JSM - Jagat Sastra Milenia

JSM News

Merayakan Puisi Tahun Baru 2022 JSM

Merayakan Puisi Tahun Baru 2022 JSM

 MERAYAKAN PUISI TAHUN BARU 2022 JSM








JSM - Berawal dari ajakan Nunung Noor El Niel di WA Grup JSM yang mendapat respons antusias anggota grup, acara MERAYAKAN PUISI TAHUN BARU 2022 JSM pun digelar pada Jumat, 31 Desember 2021 tepat pada malam tahun baru yang dimulai dari pukul 23.00 sampai 01.00 WIB.


Acara yang berlangsung via Zoom ini memiliki rangkaian: 1. Sambutan Ketua JSM, 2. Evaluasi Program dan Kegiatan JSM 2021, 3. Resolusi JSM 2022, 4. Baca Puisi Tahun Baru, dan terakhir Ramah Tamah.


Dalam sambutannya, Riri Satria selaku ketua JSM, selama tahun 2021 sebagai komunitas yang masih unyu-unyu telah melaksanakan sejumlah program dan kegiatan, salah satunya adalah penerbitan dan peluncuran buku, serta peluncuran SASTRAMEDIA.COM sebagai jurnal sastra milenial yang mendapat sambutan hangat dari publik sastra Indonesia. Riri juga berharap, JSM di tahun 2022 lebih inovatif dan kreatif dalam merealisasikan program dan kegiatannya.


Nunung sebagai Wakil Ketua JSM, juga menyampaikan harapannya, bagaimana JSM tetap menjadi tempat belajar yang berorientasi pada karya dan berprioritas pada kualitas.


Setelah tahun berganti, tepat pukul 00.11 WIB, pembacaan puisi pun dimulai secara estafet. Ketua JSM punya giliran pertama. Dia baca puisi:


Riri Satria

MALAM TAHUN BARU


Ada kembang api membelah langit Jakarta.

Suara terompet bersahut-sahutan.

Hentakan musik semakin keras.


Ada keheningan,

di tengah hebohnya malam,

untuk kontemplasi diri,

untuk munajatkan doa,

untuk sebuah janji,

untuk menulis puisi.


Tahun baru,

diksi baru,

puisi baru.


Kepada-Mu,

semua puisi diserahkan.


(Jakarta, 1 Januari 2019)


Disusul oleh Nunung Noor El Niel dengan puisi:


Nunung Noor El Niel 

Di BIBIR AKHIR dan AWAL


di bibir tahun apa lagi yang harus kuucapkan

ketika seluruh cumbuan dan rayuan

telah membangkitkan seluruh gairah dari kepadaman

sisa ruang dan waktu yang kita miliki


seluruh lekuk kenangan telah kita lumat bersama

setelah kita membaringkan semua di atas pelaminan

untuk kita persembahkan bukan sebagai tumbal

tapi keikhlasan untuk memberi dan menerima


semua cabikan dan erangan adalah jejak

tempat kita memetakan diri di mana

kita pernah lalui bersama seperti sebuah

catatan kecil dengan garis bawah

yang membentang jauh ke dalam lubuk dada


kini kita tak dapat lagi menghitung semua pertemuan

untuk melunasi kerinduan untuk terus saling menyapa

sebagai sebuah tanda tak ada jeda dari lumuran kasih

yang telah kita siangi dari impian-impian tersembunyi


di bibir awal tahun yang basah oleh hujan

kita menyeberangi waktu yang tersisa

dari semua genangan dengan penuh harapan

di mana pintu kebahagiaan terbuka

di baliknya kita akan memagut cahaya


DPS - Nunung


Kemudian Emi Suy membaca puisi yang cukup pendek:


Emi Suy

DOKUMEN HIDUP


kita kerap menggandakan puisi 

di mesin fotokopi, 

namun sayangnya

kita tak bisa menggandakan usia


setiap saat kita bisa melingkari tanggal

pada kalender yang tinggal

menghitung sesal


: bahwa rambut kita

telah dipenuhi kenanga putih


2021


Dilanjut oleh Sofyan RH. Zaid baca puisi:


Sofyan RH. Zaid

Langit Terbakar


lampu padam bulan nyala # segala pulang pada semesta

gelap di kamar # kepalamu tumbuh mawar

dari ruang lain # kukirim nyala lilin 

juga dari kepalaku # bertunas pohon jambu

jam berhenti sejenak # terdengar suara cecak 

bersama denting ribuan logam # kau datang serupa kelam 

aku lupa menutup pintu # aku luka melupa nafsu 

perlahan kita jadi bisu # mawar dan jambu bercumbu 

; jibril, di mana wahyu? # khidir, di mana waktu?

di luar langit terbakar # kitab api jatuh berlembar 

cahaya meledakkan harapan # mayat sepi berserakan 

dari rimbun uban kita # berloncatan anak-anak Musa


2014-2017


Habis itu, kini giliran Erna Winarsih Wiyono dengan puisi unik:


Erna Winarsih Wiyono

sekedar tahun baru


ini bukan adu gincu

bukan juga pipi yang merona tanpa sebab

menatap cermin sedikit mengernyitkan alis

kurang atas, ah sedikit naik lagi

jangan sampai kelopak bunga jatuh

sebab penghujung malam ini sakral

panggung kita

perenungan


21-22 

Sesekali hujan luruh 

Melunakkan tanah gersang

Petir menyampaikan kata setia

Menubuahkan doa harap dan kenang


Sesekali hujan luruh 

Melunakkan tanah gersang

Petir menyampaikan kata setia

Menubuahkan doa harap dan kenang


Lalu Rissa Curria muncul dengan langgam Jawa:

Rissa Curria

LEMBARAN AKHIR TAHUN


Ini adalah tahun buku

Segala yang dirumahkan menjadi catatan

Perjalanan panjang dari Januari Samsiah

Hingga Desember Qomariyah


Ada lelehan tinta pada tubuh almanak

Meski sesekali ada penanggal  berwarna buram hitam

Lalu putih bercinde cinta

Dan terkadang merah rona bara

 

Sesekali hujan luruh 

Melunakkan tanah gersang

Petir menyampaikan kata setia

Menubuahkan doa harap dan kenang


Ini adalah Desember deret terakhir 

Acap kali menyimpan pesan

Pada diri yang ingin sejenak menepi

Tentang jejal ingin, bahagia atau  kecewa

Aku pun berkata

"Manut kersa dawuh panjenengan Gusti

Aku tak dapat ini itu kalau bukan Karena-Mu"


Penghujung Desember 2021


Nah, kemudian Gambuh R Basedo yang senada dengan Rissa pun baca puisi:


Gambuh R Basedo

KIDUNG RENUNG 


Ruang raung

Tulung tulung tulung

Mendung murung gulung gemulung 

Hujan airmata duka

Pagebluk melanda dunia

Miris mengiris iris

Jiwa jiwa kian pesimis


Direnta usia indonesia

Ditempa badai prahara

Kibar sang saka merah putih harus terus

Bhineka tunggal eka masih setia nyawiji dalam kekar cengkeram Garuda

Suku

Agama

Iblis 

Setan 

Dedemit

Jin priprayangan

Aku kau  butuh utuh tempat huni

Mari langitkan puja puji

Lepas yang hanya kepentingan diri

Agar tetap kokoh indonesia berdiri


Duh Gusti

Tak ada tangan lebih kuasa lagi

Tak ada penyembuh paling ampuh

Tak ada lebih kuat dan terhebat

Tak ada

Tak ada

Tak ada

Sedang adaku

Engkau adakan


Tiada yang aku sembah 

Tiada harap

Tiada wujud selain Engkau


Kini tahun baru lagi

kini tanggap warsa Negri

Hijrah bimbang menuju tenang

Merdeka dari rajam bingung menjadi sumarah renung

Wahai Shangyang Agung sebaik baik pelindung  


Heneng

Hening 

Henung


Rembang, 2021


Dhe Sundayana dengan gaya cool juga tampil baca puisi:


Dhe Sundayana 

BAGAI AWAN


Kadang berarak

Bersama menempuh jarak


Kadang berpencar berai

Saling mengejar ingin digapai


Tiba-tiba gumulan pekat

Dihela gelegar dan kilat


Kemudian segala kesumat

Jadi guguran hujan penuh alamat


; Begitulah persahabatan


Bekasi, 2021


Selanjutnya dari yang paling jauh, Jusiman Dessirua, Makasar, dengan malu-malu macan baca puisi:


Jusiman Dessirua

Pada Sebuah Desember di Kamar Hotel 


Di kamar ini aku membawa seseorang yang selalu mereka tinggalkan; 

Diriku sendiri.


Menyiangi malam melihat kota jadi sunyi dan pelabuhan jadi bersih.

desember dan akhir tahun menyapu mereka perlahan. 


Aku ingin melompat dari kamar ini dan membiarkan kematian.

Menjadi satu-satunya juru selamat.


Mimpi yang menghilang secepat kabut pagi. 

Cinta yang gagal kuselamatkan, serta pupus pengharapan lain.


Dan di kamar ini, aku masih menunggu sesuatu yang entah apa. 

Juga masih memikul seseorang yang selalu mereka tinggalkan.


Terakhir adalah baca puisi Romi Sastra dengan puisi cukup panjang dengan logat minang:


Romi Sastra

PERJALANAN


sedari awal tercipta 

tangis itu saksi pergulatan  

pada perjalanan 

sejauh kaki melangkah 

belum sampai ke tujuan 

isyarat sudah diperankan

sebelum opera terbaca


air dimasak didih

lalu tumpah 

api tak benar-benar padam tersiram 

masih ada bara


di penghujung tahun ini

renungan masih saja berpalung 

padahal matahari selalu menyinari

tak berpaling pada janji 

hanya koloni awan hitam merusak pandangan


di masa yang akan datang

impian di gerbang penantian 

apakah akan jadi pemenang?

atau jadi pecundang


sebaiknya 

berterima kasih diri pada cahaya 

menuntun jalan tak tersesat arah 

bayang-bayang memanjang 


sejatinya bersyukur pada ilahi 

mari tadaburi diri kontemplasi 

menuju tahun baru ini 


cinta selalu dibawa-bawa 

diajak menangis, tertawa, berdoa

jejak hidup adalah sejarah

: dan aku kembali


Jakarta, 31 Desember 2021


Estafet baca puisi berakhir, masuk acara terakhir, yakni ramah tamah,  Haha hihi, dan foto bareng, tentulah tak ketinggalan. 


Sebagai penutup, Riri kembali menyampaikan agar semua giat berkarya, sebab dari karyalah kita bisa ada. Tentunya, lanjut Riri, berkarya dengan semangat 5Q yaitu quality of learning (kualitas pembelajaran), quality of writing (kualitas tulisan karya sastra), quality of motivation (kualitas motivasi), quality of friendship (kualitas persahabatan), serta quality of management (kualitas manajemen organisasi).


-Laporan: TIM Redaksi

Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact