Buku Puisi Algoritma Kesunyian Riri Satria dan Emi Suy Diluncurkan
Untuk merayakan Hari Ulang
Tahun ke-53 Riri Satria dan ke-44 Emi Suy, Komunitas Jagat Sastra Milenia,
jurnal sastra daring SastraMedia, serta penerbit JSM Press meluncurkan buku kumpulan
puisi "Algoritma Kesunyian: Sehimpun Puisi Terbaik Riri Satria dan Emi
Suy" (20/05/2023).
Buku ini berisi 50 puisi Riri Satria yang
dianggap terbaik dari buku kumpulan puisinya, Jendela (2016), Siluet, Senja,
dan Jingga (2019), dan Metaverse (2022), serta 50 puisi terbaik Emi Suy dari
buku kumpulan puisi Tirakat Padam Api (2011), Alarm Sunyi (2017), Ayat Sunyi
(2018), Api Sunyi (2020), serta Ibu Menanak Nasi Hingga Matang Usia Kami
(2022). Proses seleksi dan kuratorial dilakukan oleh Sofyan RH. Zaid dan Nunung
Noor El Niel.
“Niat awalnya ini adalah dua buku terpisah,
masing-masing untuk Riri Satria dan Emi Suy. Namun rupanya saya dan Mbak Nunung
menemukan banyak hal-hal menarik yang membuat kami akhirnya membuat buku ini
jadi satu. Puisi ditaruh selang-seling seolah-olah berbalas puisi, padahal
ditulis pada tahun yang berbeda.” demikian penjelasan Sofyan RH Zaid, yang juga
Pemimpin Redaksi SastraMedia.
Menariknya, buku ini disiapkan melalui sebuah
operasi senyap yang dipimpin oleh Sofyan RH Zaid dan Nunung Noor El Niel,
bahkan Riri Satria dan Emi Suy pun tidak mengetahui adanya proses penyusunan
buku ini.
“Ini adalah sebuah kejutan besar hasil dari
kerja senyap yang rap. Terima kasih untuk semua yang terlibat dalam prosesnya,” demikian Riri Satria dan Emi Suy menanggapi diluncurkannya buku ini.
Dalam catatan kuratorialnya, Sofyan dan Nunung
menyampaikan bahwa dalam proses pengerjaan buku ini, setelah proses seleksi
selesai dan terkumpulnya puisi-puisi terbaik dari Riri Satria dan Emi Suy,
mereka kaget setelah membacanya kembali yaitu adanya titik temu di antara
keduanya, yaitu kesunyian, baik pada puisi Riri maupun Emi banyak ditemukan
diksi sunyi walau dalam dimensi yang berbeda.
Walaupun sebutan atau label ‘penyair sunyi”
disematkan kepada sosok Emi Suy, namun ternyata tanpa disadari Riri Satria pun
banyak mengeksplorasi kesunyian dalam puisi yang menjadi perenungannya. Sunyi
yang diungkapkan dalam puisi keduanya adalah dalam konteks silence,
bukan loneliness, walau dalam beberapa puisi ada juga yang bermakna loneliness,
namun secara keseluruhan yang dieksplorasi adalah silence.
"Puisi sama-sama mengusung renungan. Perbedaannya
Riri merefleksikan sunyi 'lebih keluar' yang dibenturkan dengan dimensi sosial.
Sementara itu, Emi merefleksikan sunyi 'lebih ke dalam' yang dibenturkan dengan
dimensi eksistensial. Riri menjadikan sunyi sebagai subjek dan objek secara
bergantian, sementara itu Emi sebagai objek semata secara konsisten"
demikian Sofyan melanjutkan.
Mengapa buku kumpulan puisi diberi judul
Algoritma Kesunyian? Pertama kedua kata tersebut mencerminkan brand
masing-masing. Algoritma mencerminkan sosok Riri Satria yang memiliki latar
belakang pendidikan di bidang computer science dan saat ini adalah salah
satu tokoh di bidang digital di Indonesia, untuk ekonomi, teknologi dan
transformasi. Sementara itu Kesunyian adalah representasi sosok Emi Suy yang
memang sudah memiliki label sebagai ‘perempuan penyair sunyi’ dengan trilogi
buku puisinya Alarm Sunyi (2017, cetak ulan 2018 serta 2023), Ayat Sunyi (2018
dan mendapatkan Anugrah Pustaka sebabagi salah satu dari enam buku puisi
terbaik dari Perpustakaan Nasonal RI tahun 2019), serta Api Sunyi (2020).
Namun sebenarnya algoritma dan kesunyian di
antara keduanya bisa berkelindan dan saling meminjam dan bertukar tempat kapan
saja. Itulah sebabnya puisi-puisi Riri Satria dan Emi Suy dalam buku ini tidak
dibuat terpisah menjadi dua bagian, melainkan dibuat selang-seling seakan-akan
menjadi kumpulan dialog berbalas puisi yang bersahut-sahutan.
Emi Suy lahir di Magetan, Jawa Timur, 2
Februari 1979 dengan nama Emi Suyanti. Emi adalah seorang penyair perempuan
Indonesia yang ikut mendirikan Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM) dan saat
ini aktif menjadi pengurus, serta menjabat sebagai Sekretaris Redaksi merangkap
Redaktur Sastramedia, sebuah jurnal sastra daring. Sampai saat ini Emi sudah
menerbitkan lima buku kumpulan puisi tunggal, yaitu Tirakat Padam Api (2011),
serta trilogi Sunyi yang terdiri dari Alarm Sunyi (2017), Ayat Sunyi (2018),
Api Sunyi (2020) serta Ibu Menanak Nasi Hingga Matang Usia Kami (2022), serta
sebuah buku kumpulan esai sastra Interval (2023).
Buku Ayat Sunyi terpilih menjadi Juara Harapan
III Buku Terbaik Perpustakaan Nasional RI Kategori Buku Puisi tahun 2019,
sedangkan buku Api Sunyi masuk nominasi 25 besar Sayembara Buku Puisi, Yayasan
Hari Puisi Indonesia tahun 2020. Puisinya dimuat di lebih dari 100 buku
kumpulan puisi bersama, serta di berbagai media nasional, antara lain
Banjarmasin Post, Suara Merdeka, Media Indonesia, serta Kompas. Emi juga
pencinta fotografi dan karyanya pernah dipamerkan pada Pamaren Fotografi
Nasional - The Power of Women - di Bandung tahun 2016. Selain itu Emi juga
aktif dalam berbagai aktivitas sosial kemanusiaan dan ikut mendirikan komunitas
Jejak Langkah untuk aktivitas sosial kemanusiaan.
Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14
Mei 1970 adalah Salah seeorang Pendiri serta saat ini menjabat sebagai Ketua
Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), Pimpinan Umum sebuah jurnal sastra daring
Sastramedia, serta Penasihat Majalah Digital Elipsis. Puisinya sudah
diterbitkan dalam empat buku puisi tunggal, yaitu “Jendela” (2016), “Winter in
Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019), serta “Metaverse” (2022), di
samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya.
Riri juga menulis esai yang dibukukan dalam
“Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis”
(2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021) yang terdiri tiga buku “Ekonomi,
Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan
Masa Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah” (2022).
Sehari-hari ia adalah CEO pada Value Alignment
Advisory (VA2) Group, dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Komisaris
di sebuah BUMN yaitu PT. Jakarta International Container Terminal (JICT),
Anggota Dewan Penasihat Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUINI UI). Riri
Satria adalah Sarjana Ilmu Komputer lulusan Universitas Indonesia serta
menempuh program S3 atau Doktor di bidang Digital Economy pada Paris School of
Business, Paris, Prancis.